Tuesday, December 21, 2010

Ambiguity - Bab 2 part 2

Sedangkan ,Nia? Tersenyum lalu berbalik lagi. Aku dengan muka heran memandanginya. Alisku naik sebelah.
Nia menempelkan kedua telapak tangan nya di muka . Kedua sikutnya berdiri di meja. Dia memandang lurus kedepan. Lalu tersenyum manis. Bah?? Aku heran.
"Woah. Knapa loe? " Tanyku.
Dia tidak menjawab.
" Pembalasan ya , " kataku. " Oke " kataku sambil buang muka seolah" aku ngambek. Tapi sebenernya kita slalu melakukan itu hanya sebagai jokes. Nia menurunkan tangan nya dari pipinya itu. "Bukan gitu May, yauda gue cerita. " Dia duduk lurus.dan berpaling ke arah ku. " Sebenernya, gue itu..."
Pak Subrata masuk. Sial. Nia jadi nya tidak jadi memberitahuku . Dan pelajaran geografi disambung lagi . Huh 。
***
Sarapan omlete tadi pagi rupanya gak mempan sama aku. Baru jam 9 , aku uda laper lagi. Aku ingin kecafetaria, tapi gak ada yg temanin. Jadi males . Tiba-tiba ada yg memanggil ku.
"May!" Ternyata si Tania, eh salah. Tinia.Dia menepuk bahuku ringan. Dan dia tersenyum. Senyuman berbeda dengan senyuman Tania. Ntah kenapa ak merasa ada yg berbeda.
"Knapa Tin?" Tanyaku.
" Beli makan yok! Gua gak mau deked" si Safira nih .. Bau nya minta ampun. Gua rasa dia perlu deodorant deh."Katanya kesal. Aku hanya ngakak.
" Yok! Hha.. Sabar ya Tin..Safira memang gitu. Hati" barang loe" kata ku memberi saran.
" Ya , gue tau"
Aku dan Tinia ke cafetaria. Kami membeli spagetti dan burger. Sepertinya makan kami kali ini akan bener" kenyang. Saat aku ingin kembali ke kelas, Tinia mencegah ku.
" Bentar ah May, " Tinia menarik tangan ku.
"Kenapa? " Aku jadi heran.
"Gue males masuk kelas. " Tinia memberi alasan.
" Apa coba? " Aneh" aja ini anak.
"Gue malu. " Katanya menutup muka nya dengan tangan. Seperti smiley x_x .
Aku tertawa. " Malu kenapa? "
" Poni gue May, "
Oh iya gue baru ingat kalo Tinia gunting poni. "Tan, agak pe.."
"Petak kan?" Tinia memotong kata" ku
"Jadi kenapa rupanya?" Tanyaku.
"Itu.. Si Derrian bilang jelek. Gue malu.."
"Hha .. Dasar loe dua. Gak papa la. Biarin dy blg apa. Peduli amat kecuali lu suka sm dia" kataku.
" Nah itu masalahnya"
"Maksud loe? " Aku baru nyadar! Brati slama ini........Tinia suka sama Derrian? Kita saling memandang satu sama lain. Tinia memang cantik. Mata nya yg tidak terlalu besar memberi kesan manis.hidungnya yg lebih mancung dari Tania , memperindah mukanya. Dan kurasaa,,.... Tinia lebih cantik.. Walau muka mereka berdua sama aja.
" May," lagi-lagi lamunan ku di sadarkan. Aku menatap ke arahnya. " Gimana dong? Gue maluuuu.."
"Lagian gak jelek" amat kok," kataku " Sabar, paling bentar lagi panjang juga" aku tersenyum.
" Yauda de " Tinia juga tersenyum.
Kami berdua kembali lagi ke kelas.Tinia kembali ke tempat duduknya, brsama Safira.  Saat aku sampai, aku tersontak!!! Nathania duduk di samping Nathaniel?? Wah! Aku jadi heboh sendiri. Tapi entah kenapa.. Aku meletak kan telapak tangan kiri ku di dada ku . Aku tidak mengenal perasaan ini. Berat. Atau mungkin ini rasa penasaran, kenapa Nathania duduk disamping Nathaniel. Tapi entah lah. Aku melepas tanganku dari dada ku. Aku berjalan masuk. Menuju ke arah tmpt duduk ku. Tentu saja, aku akan bertanya kenapa tempat duduk ku 'direbut' Nathaniel.
"Wah.wah.. Gue duduk mana ini?"Kataku sambil tertawa.
Nathania dan Nathaniel mendongak ke atas, melihat mukaku.
Aku merasakan muka ku panas. Tidak biasanya. Tatapan Nathaniel biasa" saaja, tidak marah, tapi mengapa aku merasakan hal yg tak lazim ini? Aku tidak ingin berlarut".
"Wah, ada PR ya, " aku merebut buku Nathania.
"Ah, nggak, cuma gue pinjam catatan geografi tadi aja. " Kata Nathaniel.
"Oh, kirain gue apa"kataku
"Loe mau duduk? " Nathaniel berdiri. Dia lumayan tinggi. Aku stinggi bahunya. Mukanya, kelihatan seperti mafia. Sadis sekali muka nya. Hahaha..
"Oh ngga', sambung aja PeDeKate nya", kataku tersenyum 'menyindir' ke arah Nathania.
"Ih Maya , " Nia marah padaku.
" Hahaha . Bercanda."aku berpaling ke arah Nathaniel. " Kalo loe uda siap baru balik aja. Gapapa. "
"Uda siap kok. " Makasi tempatnya. Dia tersenyum. Satu badanku gemetar semua. Kenapa aku ini? Aku menggigit bibir, supaya tidak terlalu gemetar lagi. Dia berbalik. Badanku tidak gemetaran lagi. Aku juga tidak menggigit bibir lagi. Aku merasa normal. Emangnya tadi aku tidak normal ya? Hmm. Entahlah.
"Tuh! Bengong lagi kan!" Aku mendengar kata" Nathania. Aku tertawa . Lalu tersenyum.
" May, loe duduk dulu deh" Nia menepuk tempat duduk ku. Aku hanya duduk. Mulut Nia mendekat ke telingaku.
"Menurut loe, Nathaniel cakep gak? " Lalu dia menjauh sedikit dari ku , walaupun mukanya masih dekat dengan ku. Aku menatap Nia. Lalu aku memberi tatapan sinis ku ' ( -.- )a ' sambil garuk-garuk kepalaku yg tidak gatal sama sekali.
"Ayolah may, kasi pendapat kek" muka Nia yang super centil uda keluar deh.
"Emm.." Aku tidak bisa bilang apa-apa. Aku mati rasa. Aku tidak tau harus bilang apa-apa. Semua terasa hampa .
" Biasa-biasa aja" aku spontan menjawab begitu. Aku terkejut. Walaupun ekspresi terkejut itu tak ku perlihatkan para Nia.
Nia lebih terkejut lagi. Matanya terbelalak. Dia menempelkan punggung tangan nya di kening ku yang tidak berponi.
"Loe masih waras kan ,may? " Dia memindahkan tangan nya. Kedua tangan nya menempel ke pipiku. " Cowok keren kayak gitu loe bilang biasa" aja? " Tangannya terlepas dari pipiku. Aku merasa.. Mukanya.. Aku tidak merasa kerupaan nya. Semua terasa hampa. Sangat kosong. Dia tidak ganteng. Tapi bagi ku. Dia berkarisma. Yang kurasakan itu bukan kerupawanan nya. Tapi karisma nya. Bahkan aku tidak mengerti. Aku menatap kosong , dan memutar bola mataku.
"Kan, loe bengong lagi. "
"Siapa yg bengong, lagian kenapa loe tanya gitu?"
" Nah, itu lo yang mau gue ceritain" muka manis nya keluar.
" Jangan bilang kalo loe ....naksir nathaniel? "
" Ya bisa dibilang begitu."
Aku terkejut . OhmY...

No comments:

Post a Comment