Sunday, February 6, 2011

ambiguity bab 3

Hari melelahkan. Aku memutar kunci pada lubang pintu kos ku. Dan masuk. Aku meraih remote AC di dinding . Dan menyalakannya. Meletakkan tas dan duduk di tempat tidurku. Entah kenapa, aku merasakan hari ini kurang menyenangkan. Padahal aku harusnya senang. Bisa bertemu teman-teman. Tanpa diejek ' mak lampir' . Dari dulu, aku sering di ejek Mak Lampir. Karena rambut ku yg panjang, padahal cuma sampai pinggang. Itu pun masih rutin ku potong. Tapi hari ini tanpa sebuah ejekan dari Derrian, dari Alex, dari Alvian, rasanya .... hidup ku tiada warna. Biasanya.. Aku selalu marah, bahkan mengejar-ngejar mereka di lorong kelas, bahkan saat di kelas. Tapi mungkin, mereka sadar . Kita sudah kelas SMA 1. Tidak seharusnya lagi bermain seperti itu. Tapi gak seru ah!! Biasanya selalu ada yang ngelawak. Ada yang buat aku marah. Sekarang gak ada. Rasanya di 'dunia ku' hanya ada aku seorang. Aku menunduk. Memejam mata. Menarik nafas. Membuang nafas. Kepalaku naik,
memandangi jam dinding. Sudah hampir jam 1.30. Hari ini aku ada jadwal les . Dan aku harus sampai disana jam 2.30. Sepertinya sekarang aku harus mandi.
***
Ya Tuhan.. Aku jatuh di kamar mandi.. Kaki ku terkilir dan rasanyaa... Aku sulit berjalan.. Bagaimana ini? Aku harus ke les. Tapi kaki ku yang bgini..ah! Aku juga malas ke les! Untuk apa? HP ku berbunyi.. SMS dari Nathania. Ada apa ya?

May.. Gw g bs brenti mikirin DIA... Hahaha..

Alis ku naik sebelah. Masa? Hal begini saja dilaporkan padaku? Aku membalas sms nya.

DIA?

Aku pura-pura tidak tau apa yang dimaksud Nathania. Padahal jelas, aku mengerti maksudnya. 'DIA' ada lah Nathaniel.

Dia membalas

Aduu may... Loe tw kan? Nathaniel ,May.. :|

Hatiku bergumam : " Ya, sebenernya gue juga tau kali Nia.. Gue 'cuma nanya' "

Aku membalas sms Nia.

Oh.. Emg ap yg bgs sih dr dy? Prsaan muka ny mirip mavia deh..Nyahahaha..

Aku meletakkan hp ku di atas laci meja kamar. Aku menggerakkan kaki ku. Masih sakit. W teringat kata mama. Kalau aku merasakan hal yang sakit, mama menyuruh ku untuk makan lolipop. Memang agak aneh. Tapi rasa manis itu, rasanya membuat ku lebih merasa baikan. Banyak orang bilang , lolipop makanan anak kecil. Bagi ku, g juga. Bukti nya, sampai sekarang aku masih suka dengan lolipop. Memang ya, aku orang bodoh yang naif. Ngemeng-ngemeng.. Persediaan lolipop ku masih ada gak ya? Aku membuka laci lemari ku. Membongkar, menggeser, mengobrak abrik isinya. Masih tersisa 2. Rasa strawberry dan melon. Sepertinya ini... Nathaniel... Ada hubungannya dengan lolipop ini ya? Tapi apa mungkin. Aku memejamkan mata. Berharap saat aku membuka mata, aku ingat...
Saat aku membuka maata.. Aku melihat.. Layar HP ku menyala dan Hp ku berbunyi. Aku melihat HP ku, dan .. SMS dari Nia.

Maya.. Dia itu 'cool' banget tauu... Masa loe? Gak bs suka sm dy?

Aku meniup poni ku. Dan mengetik:

G tuh. :p wegg..

Dan mengirimkannya.

Ada SMS.Wah, Nia kelihatannya antusias banget ya kalo bahas ttg Nathaniel. Aku membuka SMS.. Dan ternyata.. Dari Bryan. Aku membaca.

May,gue uda pulang ke Jkt. Gue pengen ktm sm loe. Loe skrg dmn?

Hati ku berdegup kencang. Bryan sekarang memang bukan siapa-siapa bagiku. Tapi dulu.. Dia pacar ku waktu kelas smp2 . Kenapa dia ingin bertemu dengan ku?. Hati ku tetap berdegup kencang . Malah semakin kencang. Darah ku berdesir ke seluruh tubuhku. Sepertinya aku takut. HAH? Aku TAKUT? Ada telepon masuk. Sangkin panik nya HP ku lepas dari genggaman ku. Aku memungutnya dari lantai kamar ku yg terbuat dari tripleks kilat. Ternyata Nia. Fiuh. Aku mengangkatnya.
"Ha..Halo..Napa Nia?" Kataku sambil mengelap keringat di dahiku.
" Loh May? Kok gugup gitu? Loe kenapa?" Tanya Nia
"Mm.." Aku menggigit bibir.
" Uda , loe tenang dulu. " Kata Nia menyarankan.
Aku mencoba lebih tenang. Tepatnya mencoba pura-pura tenang .
" Uda?" Tanya Nia.
" Uda, huffhh." Aku membuang nafas dengan keras , mengendus. Mengambil tisu di meja ku dan mengelap dahiku yang berkeringat dingin.
" Loe kenapa?"
" Itu lo Nia,si Bryan SMS gue tadi. Dia blg dia baru sampe Jakarta & pengen ketemu gue."
"Bryan? " Sepertinya Nia terkejut. " Bryan..Bryan mantan loe? "
"Ya iyalah , siapa lagi." Kataku membenarkan.
" Ya ngapain loe harus panik May? Harusnya loe seneng dong, dia mau ketemu sama loe. Kok malah takut?"
Aku tidak ingin menjawab. Sudut mataku memanas. Kenapa dia harus jadi mantan ku? Kenapa kita harus putus? Padahal semua terasa indah. Tanpa hambatan. Tapi kenapa? Rasa sayang itu gak bisa dipertahankan? Dan kenapa..kenapa Bryan harus pergi tanpa alasan dan sekarang.. Dia kembali tiba-tiba. Apa dia tidak menyayangi ku seperti aku menyayanginya? Apa mungkin hubungan kami di mata nya bukan apa-apa? Nafasku lemah. Sepertinya jika aku berbicara maka suaraku terdengar lemah. Dan sepertinya..jika aku mengedipkan mata, maka air mataku akan jatuh. "May. Uda dong. Gue tau. Iya gue tau , dia dulu sempat pergi tiba-tiba. Coba gue tanya loe sekarang. Loe masih sayang sama Bryan?"
Aku ingin menjawab 'tidak' . Tapi mulutku menolak untuk mengatakan itu. "Iya." Tanpa mengedipkan mata , air mataku jatuh satu-satu. " Tapi loe gak  tau kan? Kenapa dia pergi gitu aja tanpa kabar?"
"Gue tau! Karna rasa sayang dia gak sebesar rasa sayang gue!Uda Ni.."
" Justru dia masih sayang loe,May. Makanya dia mau ketemu elo. Coba loe pikir..Untuk apa dia mau ketemu elo? Pasti nya dia mau minta maaf kan.? & pengen balik sama loe lagi. " Kata-kata Nia menghentikan tetesan air mataku. "Uda May, loe balas SMS Bryan. Mungkin itu yang terbaik?"
Aku mengedipkan mata ku. Tidak ada air mata lagi.
" Iya. Ntar gue coba balas SMS nya. Loe tadi ada perlu apa?"
" Oh, nggak, gue cuma pengen ngobrol aja sama loe, tapi, yauda deh, mungkin loe perlu waktu sendiri"
Nia memang sangat mengerti aku.
" Makasih ya. Loe memang tmn gue yg terbaik. "
" Yauda, sekarang loe jangan sedih mulu. "
" Ya.. Bye.." Aku men-disconect kan telefon ku dengan Nia. Aku mengambil gelas yng berisi air di meja kamarku, aku meminumnya sedikit, dan PRANGGG... Aku menjatuhkan gelas itu. Belingnya bertaburan di sekitar kolong meja belajarku. Aku memungutya.
Takdir. Mungkin itu . Aku mungkin tidak bisa mengubah takdir yang ada . Bryan pergi tahun lalu dan kini kembali. Sejauh apapun aku menghindarinya, mungkin aku tetap bertemunya dengan berbagai cara. Aku tidak dapat menhindari takdir . Aku menyapu dan membuangnya di tong sampah. Tangan ku terkena beling . Berdarah . Tapi aku tidak merasa sakit . Tidak sedikit pun. Sakit yang kurasakan sekarang... Bukan di tangan ku.. Hatiku yang sakit. Sakit mengingat setiap kenangan, setiap lagu, setiap kejadian yang kita lewati bersama (aku dan Bryan) . Dan sakit ketika harus menerima kenyataan bahwa Bryan pergi tanpa alasan. Yap, sekarang kaki ku terkilir, tangan ku berdarah , dan hati ku robek lagi. Cukup sudah penderitaan hari ini.
***
Gak kerasa uda malam. Jam dinding ku sudah menunjuk pada angka 10 . Aku duduk di tempat tidur dengan memeluk lutut. Kaki ku yg terkilir sudah tidak sakit lagi. Td sore sudah ku perban. Aku menggerakkan kaki kiriku yang terkilir itu. Sudah tidak sakit lg. Tangan kiriku tidak sengaja menyentuh suatu permukaan kasar pada lutut ku. Ini.. Bekas jatuh dari sepeda dulu. Saat.. Aku dan Bryan masih kecil. Aku ingat, saat itu Bryan mengganggu roda sepedaku dengan roda sepedanya. Lalu salah satu kawat di sepeda Bryan yg sudah lepas menyangkut pada kawat-kawat ban ku. Dan kami jatuh bersama. Kalau kuingat tentang masa lalu itu, lucu rasanya. Ingin sekali aku bernostalgia dengan Bryan sekarang. Aku meraih hp ku yg terletak di sampingku. Dan aku membalas SMS Bryan. Hatiku berdegup.. Berdegup kencang..
“ Mm.. Gw y di Jkt.. Iya, ntr gw atr kpn kt ktmuan ” aku selesai mengetik. Dan aku menekan tombol kirim.
Ini sudah malam, tidak mungkin Bryan membalas SMS ku. Tapi kenyataannya?
Layar Hp ku menyala. 1 pesan baru, dari Bryan.
“Ok, hri mnggu jm 1 , cafe bintang”
Aku tersenyum. Pipiku panas. Ingin rasanya aku menjerit sekarang, sekuat-kuatnya. Aneh ya aku. Kalau Bryan tau aku ingin menjerit, mungkin dia akan mencubit pipiku. Bayangan ku tidak lepas dari Bryan. Tapi .. Sepertinya luka yg aku tak mau, merebak lagi. Perih. Perih mengingat dia yang pergi begitu saja tanpa...memberitahuku. Perih mengingat kalau dia pergi begitu saja seolah-olah dia tidak pernah menyayangiku seperti aku menyayanginya. Perih rasanya . Kalau aku mengingat, setiap kenangan yang terlintas . Apa selama ini dia juga merasakan hal yang sama? Menderitakah dia tanpa aku? Apa dia merasakan perih yang sama? Hatiku bertanya-tanya. Ingin sekali sekarang Bryan ada disampingku. Ingin sekali aku bertanya. Dan berharap dia akan menjawab "Iya, aku menderita" . Tapi apakah benar?
Aku bingung. Lebih baik aku tidur . Aku tidak ingin memikirkan ini semua. Tapi, kenyataannya berbeda.

***

Hari mendung . Aku menatap langit. Setetes air jatuh di pipiku. Sepertinya akan hujan. Iya , sepertinya akan hujan. Sial, aku tidak membawa payung. Tiba-tiba.. Air sudah tidak turun diatasku. Tapi sekitar ku masih dibasahi air hujan. Tiba-tiba.. Ada yg merangkul pundakku dengan lembut. Aku tidak asing dengan rangkulan ini. Aku berpaling ke belakang. Dia tersenyum lembut. Bryan. Matanya menatap ku. Penuh arti. Tatapan nya yang jujur membuat ku merasa nyaman. Tapi. Dibalik kenyamanan itu, aku merasakan perih yang aku sendiri tidak mengerti. Haruskah aku bertanya kepadanya? Aku menatapnya.
"Bry.." Aku memanggilnya dengan penuh keyakinan.
"Hmm? "
"Loe slama ini kemana aja? Gue bingung nyariin loe ,tau. " Kataku polos.
Dia melepas rangkulannya. Tangannya menggenggam tanganku. Tanganku nyaris tidak terlihat dalam genggaman tangannya.
"Ma..Maafin gue ya May. Tapi gue punya alasan buat itu. Selama ini tanpa loe itu bener-bener buat gue menderita. "
"Gue juga , tau. Loe nya juga sih , ninggalin gue gitu aja. Loe nggak sayang lagi ya sama gue ."Aku menunduk .
" Loe salah ,May. Gue..."
"Kringggggggggg!!!!!!!!!!!!!!!!!" Bunyi alarm
Aku tersontak.. Mataku terbuka. Pipiku basah. Dan aku terbangun dari mimpi . Mimpi yang sangat indah. Ternyata aku masih memikirkannya . Sampai-sampai terbawa mimpi. Aku mengelap pipiku dengan punggung tangan ku. Aku teringat kata-kata terakhir..

" Loe salah ,May. Gue..."

Apa kata terakhir nya? Aku penasaran. Tapi aku merasa lebih baik. Aku tau, itu hanya mimpi. Tapi rasanya nyata sekali. Rasa rindu ku sekarang bertambah terhadap Bryan.
Aku bangkit dari tempat tidur. Aku pelan-pelan berdiri,,dan aku harus segera bersiap-siap

Tuesday, December 21, 2010

Ambiguity - Bab 2 part 2

Sedangkan ,Nia? Tersenyum lalu berbalik lagi. Aku dengan muka heran memandanginya. Alisku naik sebelah.
Nia menempelkan kedua telapak tangan nya di muka . Kedua sikutnya berdiri di meja. Dia memandang lurus kedepan. Lalu tersenyum manis. Bah?? Aku heran.
"Woah. Knapa loe? " Tanyku.
Dia tidak menjawab.
" Pembalasan ya , " kataku. " Oke " kataku sambil buang muka seolah" aku ngambek. Tapi sebenernya kita slalu melakukan itu hanya sebagai jokes. Nia menurunkan tangan nya dari pipinya itu. "Bukan gitu May, yauda gue cerita. " Dia duduk lurus.dan berpaling ke arah ku. " Sebenernya, gue itu..."
Pak Subrata masuk. Sial. Nia jadi nya tidak jadi memberitahuku . Dan pelajaran geografi disambung lagi . Huh 。
***
Sarapan omlete tadi pagi rupanya gak mempan sama aku. Baru jam 9 , aku uda laper lagi. Aku ingin kecafetaria, tapi gak ada yg temanin. Jadi males . Tiba-tiba ada yg memanggil ku.
"May!" Ternyata si Tania, eh salah. Tinia.Dia menepuk bahuku ringan. Dan dia tersenyum. Senyuman berbeda dengan senyuman Tania. Ntah kenapa ak merasa ada yg berbeda.
"Knapa Tin?" Tanyaku.
" Beli makan yok! Gua gak mau deked" si Safira nih .. Bau nya minta ampun. Gua rasa dia perlu deodorant deh."Katanya kesal. Aku hanya ngakak.
" Yok! Hha.. Sabar ya Tin..Safira memang gitu. Hati" barang loe" kata ku memberi saran.
" Ya , gue tau"
Aku dan Tinia ke cafetaria. Kami membeli spagetti dan burger. Sepertinya makan kami kali ini akan bener" kenyang. Saat aku ingin kembali ke kelas, Tinia mencegah ku.
" Bentar ah May, " Tinia menarik tangan ku.
"Kenapa? " Aku jadi heran.
"Gue males masuk kelas. " Tinia memberi alasan.
" Apa coba? " Aneh" aja ini anak.
"Gue malu. " Katanya menutup muka nya dengan tangan. Seperti smiley x_x .
Aku tertawa. " Malu kenapa? "
" Poni gue May, "
Oh iya gue baru ingat kalo Tinia gunting poni. "Tan, agak pe.."
"Petak kan?" Tinia memotong kata" ku
"Jadi kenapa rupanya?" Tanyaku.
"Itu.. Si Derrian bilang jelek. Gue malu.."
"Hha .. Dasar loe dua. Gak papa la. Biarin dy blg apa. Peduli amat kecuali lu suka sm dia" kataku.
" Nah itu masalahnya"
"Maksud loe? " Aku baru nyadar! Brati slama ini........Tinia suka sama Derrian? Kita saling memandang satu sama lain. Tinia memang cantik. Mata nya yg tidak terlalu besar memberi kesan manis.hidungnya yg lebih mancung dari Tania , memperindah mukanya. Dan kurasaa,,.... Tinia lebih cantik.. Walau muka mereka berdua sama aja.
" May," lagi-lagi lamunan ku di sadarkan. Aku menatap ke arahnya. " Gimana dong? Gue maluuuu.."
"Lagian gak jelek" amat kok," kataku " Sabar, paling bentar lagi panjang juga" aku tersenyum.
" Yauda de " Tinia juga tersenyum.
Kami berdua kembali lagi ke kelas.Tinia kembali ke tempat duduknya, brsama Safira.  Saat aku sampai, aku tersontak!!! Nathania duduk di samping Nathaniel?? Wah! Aku jadi heboh sendiri. Tapi entah kenapa.. Aku meletak kan telapak tangan kiri ku di dada ku . Aku tidak mengenal perasaan ini. Berat. Atau mungkin ini rasa penasaran, kenapa Nathania duduk disamping Nathaniel. Tapi entah lah. Aku melepas tanganku dari dada ku. Aku berjalan masuk. Menuju ke arah tmpt duduk ku. Tentu saja, aku akan bertanya kenapa tempat duduk ku 'direbut' Nathaniel.
"Wah.wah.. Gue duduk mana ini?"Kataku sambil tertawa.
Nathania dan Nathaniel mendongak ke atas, melihat mukaku.
Aku merasakan muka ku panas. Tidak biasanya. Tatapan Nathaniel biasa" saaja, tidak marah, tapi mengapa aku merasakan hal yg tak lazim ini? Aku tidak ingin berlarut".
"Wah, ada PR ya, " aku merebut buku Nathania.
"Ah, nggak, cuma gue pinjam catatan geografi tadi aja. " Kata Nathaniel.
"Oh, kirain gue apa"kataku
"Loe mau duduk? " Nathaniel berdiri. Dia lumayan tinggi. Aku stinggi bahunya. Mukanya, kelihatan seperti mafia. Sadis sekali muka nya. Hahaha..
"Oh ngga', sambung aja PeDeKate nya", kataku tersenyum 'menyindir' ke arah Nathania.
"Ih Maya , " Nia marah padaku.
" Hahaha . Bercanda."aku berpaling ke arah Nathaniel. " Kalo loe uda siap baru balik aja. Gapapa. "
"Uda siap kok. " Makasi tempatnya. Dia tersenyum. Satu badanku gemetar semua. Kenapa aku ini? Aku menggigit bibir, supaya tidak terlalu gemetar lagi. Dia berbalik. Badanku tidak gemetaran lagi. Aku juga tidak menggigit bibir lagi. Aku merasa normal. Emangnya tadi aku tidak normal ya? Hmm. Entahlah.
"Tuh! Bengong lagi kan!" Aku mendengar kata" Nathania. Aku tertawa . Lalu tersenyum.
" May, loe duduk dulu deh" Nia menepuk tempat duduk ku. Aku hanya duduk. Mulut Nia mendekat ke telingaku.
"Menurut loe, Nathaniel cakep gak? " Lalu dia menjauh sedikit dari ku , walaupun mukanya masih dekat dengan ku. Aku menatap Nia. Lalu aku memberi tatapan sinis ku ' ( -.- )a ' sambil garuk-garuk kepalaku yg tidak gatal sama sekali.
"Ayolah may, kasi pendapat kek" muka Nia yang super centil uda keluar deh.
"Emm.." Aku tidak bisa bilang apa-apa. Aku mati rasa. Aku tidak tau harus bilang apa-apa. Semua terasa hampa .
" Biasa-biasa aja" aku spontan menjawab begitu. Aku terkejut. Walaupun ekspresi terkejut itu tak ku perlihatkan para Nia.
Nia lebih terkejut lagi. Matanya terbelalak. Dia menempelkan punggung tangan nya di kening ku yang tidak berponi.
"Loe masih waras kan ,may? " Dia memindahkan tangan nya. Kedua tangan nya menempel ke pipiku. " Cowok keren kayak gitu loe bilang biasa" aja? " Tangannya terlepas dari pipiku. Aku merasa.. Mukanya.. Aku tidak merasa kerupaan nya. Semua terasa hampa. Sangat kosong. Dia tidak ganteng. Tapi bagi ku. Dia berkarisma. Yang kurasakan itu bukan kerupawanan nya. Tapi karisma nya. Bahkan aku tidak mengerti. Aku menatap kosong , dan memutar bola mataku.
"Kan, loe bengong lagi. "
"Siapa yg bengong, lagian kenapa loe tanya gitu?"
" Nah, itu lo yang mau gue ceritain" muka manis nya keluar.
" Jangan bilang kalo loe ....naksir nathaniel? "
" Ya bisa dibilang begitu."
Aku terkejut . OhmY...

Monday, December 6, 2010

Ambiguity- Bab 2 part 1

Seorang wanita tua , mungkin usianya 70 tahun, masuk ke kelas kami. Kacamata bertalinya tergantung di lehernya. Dia brdiri dekat meja dan mengucap kan salam pagi, seperti halnya gru lain.
" Selamat pagi semua", suara seraknya mengisi ruangan kelas kami" Perkenalkan, nama saya Maria Magdalena , kalian bisa panggil saya Ms. Maria," Apa? Guru tua ini guru Inggris? Tak nyangka aku." Saya akan menjadi wali kelas kalian satu tahun ke depan" . Raut muka 'killer' tidak tampak dari muka guru ini. Malah yang ada adalah kesan kasihan terhadap guru ini. Mengapa? Karena guru ini spertinya sudah sangat tua.. Rambutnya saja sudah seperti di cat putih seluruh nya. Ms.Maria duduk di kursi meja nya. Lalu membuka catatan kelas dan menulis" nya. .
"Oh iya, ada murid baru?" Tanya Ms Maria pada kami. Aku baru ingat. Cowok yang dibawa alex tadi pagi sekarang duduk 2 baris dibelakang ku, bersama alex. Mungkin dia murid baru? Apa mungkin itu teman alex? Saudara? But, whocares?
Saudara atau mungkin teman alex berdiri.
"Saya murid baru bu." Katanya.
"Kalau begitu silahkan perkenalkan dirimu didepan "
Cowok itu berjalan ke depan kelas, tepat beberapa ubin dari meja Ms.Maria, membelakangi papan.
" Nama saya Nathaniel" Ah, namanya hampir mirip Nathania.
. " Saya pindahan dari sekolah Internasional dari Yogyakarta. Senang bertemu kalian semua. "
" Good, you may sit down" Loh? Ini guru kok tiba" pake B.inggris? Padahal tadi gak deh.
Aku melirik ke Nathania. Dia memperhatikan Nathaniel dengan cukup teliti, hingga Nathaniel masuk dan duduk. Hampir semua teman" juga begitu. Apa yang istimewa? Aku gak menangkap sesuatu yg istimewa. Sepertinya hal itu biasa.
"Oh yea, how about the class monitor?"
Semua melirik satu sama lain. Tiba" Rony membuka mulut.
" We choose Ardent" katanya
Rony itu punya kemampuan membaca pikiran kita semua. Maka, dia juga tau, siaapa saja yg memilih Ardent sebagai ketua kelas. Insting nya yang kuat itu bisa membuat kita percaya terhadap sesuatu yg kita tak pernah percaya. Ardent si anak 'alim' hanya menunduk, menyembunyikan senyumnya.
" Another else?" Ms Maria bertanya.
Ada yg memilih Alex, Derian, dll. Tapi akhirnya yang jadi ketua kelas itu Ardent. Ketua Ketertiban Daniel, si gemuk. Ketua Keamanan , Nathaniel? Wah-wah.. Baru masuk aja uda jadi ketua keamanan. Memang sih postur tubuhnya ccok, tapi aku kurang suka suaranya deh. Ketua kebersihan Alia, si bawel. Ketua keindahan Tara. Sekretaris, Selly,si itam manis. Bendahara, Nathania! Haha.. Aku sukses gak punya jabatan apapun di kelas.. Aku uda kapok jadi ketua kebersihan .. Sibuknya luar biasa.. Bel istirahat berbunyi . Aku berdiri dan meregangkan otot" ku. Aku memperhatikan Nathania. Pendangan nya berarah ke belakang. Sekalipun dia hanya bolak balik kepalanya saja. Seperti mencari sesuatu. Ah..aku baru ingat.. Ada yg bernama sama dengannya. Dia memperhatikan Nathaniel yang menulis daftar biografi murid baru. Ntah kenapa aku juga jadi ikut-ikutan liatin Nathaniel. Otak ku kosong sketika. Seperti layak nya aku melihat tabrakan mobil,I don't wanna see it but I'm staring
there. Memperhatikan . Muka Nathaniel sepertinya familiar. tiba" pikiran ku teringat kepada masa SD ku. Aku berbalik, memejamkan mata. Ketika sesuatu yg akan ku ingat pelan" mulai muncul...
"Woy, ntar kesurupan" Nathania menggoyang lenganku.Aku membuka mata. Sayang sekali. Padahal sepertinya mukanya familiar.
" Eh," aku jadi terkejut sendiri.
"Mikirin siapa loe?" Tanya Nathania penasaran. "Woah, apa jangan-jangan????!" Mukanya sperti org terkejut.
"Jangan.." Jawab ku santai. Aku berdiri dan berjalan ke luar kelas. Aku memperhatikan lokasi kelas kami. Ternyata kelas kami di sebelah kantor BP! Betapa sialnya .. Sepertinya akan terjadi rajia berturut" dlm 1 tahun. Hp di kantong rok ku bergetar. Tduuttdd..tduttdd.. ..
Aku mengeluarkan hp ku, dan melihat ada SMS.
"May, mama uda kirim uang ke rekening mu. Love, Mama". Woahhh.. Jatah bulan ini akhirnya dpat juga.. Aku bisa dibilang orang yang sedikit disiplin. Bahkan penggunaan uang ku pakai seminim mungkin. Karna gimana pun aku tinggal sendiri. Jadi mau gak mau aku harus hemat. Aku tersenyum. Tiba" hujan turun. Memang, tempat aku berdiri adalah tempat yg terhalang olh bangunan. Jadi aku tdk kena air. Sedangkan aku melihat anak" pada lari" karena takut kebasahan. Aku menatap langit dan menghirup napas dalam-dalam. Simponi yg indah seperti alunan lagu halus mengelus  telingaku. Bagi teman" ku aku sedikit naif. Aku bisa tersenyum karna melihat bunga. Suka akan tempat alami. Dan itu seperti kebutuhan rohani ku. Tetapi itulah yang selalu membuat aku bahagia dengan cara ku sendiri. Jika aku sedih, maka aku akan menulisnya di buku , kertas,atau di password keeper Hp ku. Walaupun aku tau, tidak ada yg akan mengerti. Sifatku yang open membuatku gampang bergaul dengan semua
org. Kecuali Safira. Aku sangat" membencinya. Anak" 1 kelas juga sangat membencinya. Bahkan dari SD , tdk ad yg ingin berteman dgn nya. Aku membenci nyarena dy suka menyindir orang. Mencuri barang orang. Satu kelas tau akan itu.makanya anak" di kelas tdk dekat dgnny.Bel berbunyi lagi. Aku berbalik dan kembali ke kelas
                         ***
"May loe tadi kemana sih ditanyain malah jawaban nya ngawur" omel nia (Nathania)
"Loe yang tanya nya ngasal" katak ku sambil tertawa ringan.
"Jadi? " Tanya nya tak jelas
"Apanya?" Aku bertanya balik
" Siapa yang loe bengongin? Hayooo? " Tanya Nia dengan mata seolah" melirik ku sambil tersenyum lebar.
" Bukan siapa-siapa"  jawab ku santai sambil menatap ke depan. Pak Subrata lagi menjelaskan geografi. Guru ini sangat menyebalkan. Ngomongnya cepat banget.. Semua yg dia jelaskan gak masuk otak sdikit pun. Aku benci geografi dan guru nya. Tapi sekarang aku berlaku seolah" aku sangat memperhatikan guru ini menjelaskan. Padahal,aku hanya menghindari pertanyaan-pertanyaan Nia.
"Masa sih?" Nia jg menatap ke depan seolah" dia jg memperhatikan Pak Subrata menjelaskan.
"Iya",aku mengambil pulpen dan menyatat rumus di buku catatan.
"Tapi kliatan nya nggak deh May. Jujur aja deh."
Nia sepertinya sangat penasaran dengan apa yg kupikirkan. Gak mungkin aku bilang aku tadi mikirin Nathaniel yg sedikit familier itu.
" Nia", aku melihat ke arah nya. " Kalo gak percaya yaudah. Toh gue gak maksa. Perhatiin tu guru. Ngomong gak jelas ,kayak Kereta Api aja, ntar pas ujian gk bisa ntar loe."Aku kembali menyatat rumus" di buku.
Nia terdiam " loe maarah ya may" , muka nya cemberut.
"Gak lah, masa cuma gara" ini gua marah? Yang bener aja? Haha.."
Nia tersenyum . Dan dia ikut menyatat.
Hp pak subrata berdering. Dia keluar dan mungkin mengangkat telepon nya.Kelas kacau. Ribut. Bising. Jiwa ku terasa seperti berada di aula musik yang tidak berhenti-berhenti mengeluarkan bunyi. Telingaku panas. Ardent yg alim itu hanya terdiam. Sambil menyatat. Mungkin yg dy catat adalah nama-nama orang yang ribut di kelas. Tapi dia tidak punya tindakan. Aku berpaling ke arah Nia. Lagi-lagi, dia menatap ke arah Nathaniel. Bahkan dia tidak sadar bahwa Alex melambai tangan ke arahnya. Nathaniel yang sedang menulis caatatan itu tidak sadar, dirinya sedang di perhatikan. Maka dia tidak mempedulikan Nia. *tobecontinue*

Ambiguity- Bab 1

"Makannya pelan" dong may" kata Nathania santai yg duduk disampingku, di Cafetaria tepat di blok Kurium.
"Gak bisa nia, " kataku sambil menelan sesuap omlete. " Gue blm sarapan tau, jam 5 gue uda sampe sini. Malah loe" pada blm dtg"
" Sorry deh may," kata Tania.
" Iya nih, sory dah, lagian loe nya jg sih, gak ngabarin mau dtg pagian, manakitatau". Kata Tinia.
" Yauda deh. Lagian salah gua juga kok" kataku sambil senyum, lalu meneguk lemon tea lewat sedotan di gelas.Nathania melirik jam tangannya. " Uda mau bel nih. Balik kelas yuk, gue penasaran sama wali kelas kita"
" Oh iya ya, gue jg pnasaran" kata Tinia.
" Mgkn pak Kodok ? Ih no way,," kata Tania sambil beranjak brsama kita semua.
Siapa ya kira"? Hmm.. Semoga gurunya jangan killer deh..Yang tadi itu, nathania, Tinia & Tania. Mereka itu sohib aku dari SD. Sebenernya sih aku lbh dekat sama Nathania nya timbang ama kembar. Karna dl aku kenal dekat kembar pun dari Maya.
Aku kenalin satu"..
Nathania , nama lengkapnya Nathania Christia. Dy itu cantik, baik, sopan, pintar, lembut, perfect..
Kalo Tania , itu kakak dari si Tinia.
Tania itu lebih feminim dari Tinia.
Walaupun Tinia gak tomboy sih.
Cuma mereka beda.
Pola pikir mereka beda. Tapi gak bertolak belakang banget sih.. Tapi mereka baikkkk banget.
Kita ber-4 masuk ke kelas. Aroma pewangi ruangan sudah mulai tercium saat kita di depan pintu. Aku melihat ada Dika, Kara, Romy, Sandra, Ayu, alex, Dewi, dan masih banyak lagi. Kelas ini keliatan lebih besar dr kelas kmi dulu. Walaupun sebenarnya ukuran nya sama, ya 18 m X 17m . Lumayan luas untuk 40 org siswa lah. Ada loker,rak, dll. Kelas ini bernuansa biru pucat yang cerah dan putih yang bening serta pink yang pucat tapi ttp memberi warna cerah utk kelas ini. 6AC yg disediakan disini hanya di nyalakan 5, sedangkan 1 nya lagi sebagai cadangan kalau ada AC yg bocor/tak layak pakai.
Hey aku melihat Alex yang bawa anak baru kesini. Cowok. Hmm.. Apa mgkn tmn dr kelas lain? Aku ingin bertanya, tapi malas juga sih.. Aku gak mau dibilang mau tauuu aja.
" Wah itu siapa tuh? Anak baru? " Kata Nathania
"Mana?" Tanya tinia
" Itu " , kata tania sambil menggerak"kan kepala ke arah anak baru itu.
Dari muka nya sepertinya aku pernah liad. Tapi aku sudah lupa. ah.. Siapa ya??? Ah! Whocares? Bodo amat.. Aku melirik jam tangan ku lagie. Sudah mau jam 7.15.
" Uda ah dduk yuk " kataku.
Aku duduk bersama Nathania, Tania bersama Tara yang belum datang. Eh,itu dy, baru sampai didepan kelas, dia memburu ke arah tania. Lalu duduk disampingnya.  Sedangkan Tinia? Naas. Dia duduk sama Safira, cewek super gendut yang non-leher. Alias tak punya leher. Tapi itu karna dy gak kenal siapa pun yg åd dkls kcuali aku, Nathania, tara, dan tania.Sebenarnya Tinia itu pindahan dari kls lain. Tapi lantaran 'kembar' mereka jadi satu kelas deh.  Karna safira adlh tmn TK nya, mau tak mau dy ddk di samping Safira.
Bel berbunyi. Dan tanggal 14 juli sudah dimulai !

Ambiguity- Pengantar

Abu. Itu lah yang ada pertama kali kulihat saat aku bangun, warna langit" kamarku yang gelap karena lampu kamar yang kumatikan.Hari ini adalah hari pertama sekolah. Hari yg cukup membosankan. Tapi aku rindu sekolah ku. Rindu Nathania.. Rindu Tiniya dan Taniya si kembar. Aku bangkit dan mandi serta ganti baju. Menyiapkan buku, di kamar kos ku.
Aku brangkat ke sekolah yang jarak nya hanya 5 meter dari kos. Karna sekolah ku hanya di seberang kos ku.. Masuk ke gerbang. Melihat bberapa mading yang post-an nya masih yg tahun lalu. Manga nya masih ttg chrismast & new year. Stlh melihat mading, aku beranjak ke blok Cr (Curium) , yaitu blok anak SMA. Sebelumnya aku belajar di blok Fr(Fransium) , ya blok anak SMP.blok Cr dan Fr berjarak kira"10m.Jangan heran, blok di sklh ku dinamai dgn" simbol" kimia. Karna , nama sekolah ku saja Natriumina Kaliuminum Chandra.
Oh ya, aku hampir lupa mengenalkan diri ya.
Nama ku maya. Biasanya aku dipanggil may sama teman" ku.
Aku masuk k kls X-10 ku. Papan putih yang mungkin baru di bersihkan CS, kursi dan meja yg super kilat dan bersih dr coretan tip-ex dan pen, membuat semangat ku bangkit lagi. Aku meletak kan tas di meja ku. Aku memilih meja dekat dinding beton barisan ujung dekat pintu. Alasan aku memilih tempat itu karna , Nathania pasti ingin menyembunyikan diri dari guru killer ,dibalik tembok beton. Oh ya? Nathania mana ya? Kok blm kliatan? Dan.. Aku rasa.. Tidak ada siapa pun disini. Aku melirik jam tangan, Ya Tuhan! Baru jam 4.45!!