Monday, December 6, 2010

Ambiguity- Bab 2 part 1

Seorang wanita tua , mungkin usianya 70 tahun, masuk ke kelas kami. Kacamata bertalinya tergantung di lehernya. Dia brdiri dekat meja dan mengucap kan salam pagi, seperti halnya gru lain.
" Selamat pagi semua", suara seraknya mengisi ruangan kelas kami" Perkenalkan, nama saya Maria Magdalena , kalian bisa panggil saya Ms. Maria," Apa? Guru tua ini guru Inggris? Tak nyangka aku." Saya akan menjadi wali kelas kalian satu tahun ke depan" . Raut muka 'killer' tidak tampak dari muka guru ini. Malah yang ada adalah kesan kasihan terhadap guru ini. Mengapa? Karena guru ini spertinya sudah sangat tua.. Rambutnya saja sudah seperti di cat putih seluruh nya. Ms.Maria duduk di kursi meja nya. Lalu membuka catatan kelas dan menulis" nya. .
"Oh iya, ada murid baru?" Tanya Ms Maria pada kami. Aku baru ingat. Cowok yang dibawa alex tadi pagi sekarang duduk 2 baris dibelakang ku, bersama alex. Mungkin dia murid baru? Apa mungkin itu teman alex? Saudara? But, whocares?
Saudara atau mungkin teman alex berdiri.
"Saya murid baru bu." Katanya.
"Kalau begitu silahkan perkenalkan dirimu didepan "
Cowok itu berjalan ke depan kelas, tepat beberapa ubin dari meja Ms.Maria, membelakangi papan.
" Nama saya Nathaniel" Ah, namanya hampir mirip Nathania.
. " Saya pindahan dari sekolah Internasional dari Yogyakarta. Senang bertemu kalian semua. "
" Good, you may sit down" Loh? Ini guru kok tiba" pake B.inggris? Padahal tadi gak deh.
Aku melirik ke Nathania. Dia memperhatikan Nathaniel dengan cukup teliti, hingga Nathaniel masuk dan duduk. Hampir semua teman" juga begitu. Apa yang istimewa? Aku gak menangkap sesuatu yg istimewa. Sepertinya hal itu biasa.
"Oh yea, how about the class monitor?"
Semua melirik satu sama lain. Tiba" Rony membuka mulut.
" We choose Ardent" katanya
Rony itu punya kemampuan membaca pikiran kita semua. Maka, dia juga tau, siaapa saja yg memilih Ardent sebagai ketua kelas. Insting nya yang kuat itu bisa membuat kita percaya terhadap sesuatu yg kita tak pernah percaya. Ardent si anak 'alim' hanya menunduk, menyembunyikan senyumnya.
" Another else?" Ms Maria bertanya.
Ada yg memilih Alex, Derian, dll. Tapi akhirnya yang jadi ketua kelas itu Ardent. Ketua Ketertiban Daniel, si gemuk. Ketua Keamanan , Nathaniel? Wah-wah.. Baru masuk aja uda jadi ketua keamanan. Memang sih postur tubuhnya ccok, tapi aku kurang suka suaranya deh. Ketua kebersihan Alia, si bawel. Ketua keindahan Tara. Sekretaris, Selly,si itam manis. Bendahara, Nathania! Haha.. Aku sukses gak punya jabatan apapun di kelas.. Aku uda kapok jadi ketua kebersihan .. Sibuknya luar biasa.. Bel istirahat berbunyi . Aku berdiri dan meregangkan otot" ku. Aku memperhatikan Nathania. Pendangan nya berarah ke belakang. Sekalipun dia hanya bolak balik kepalanya saja. Seperti mencari sesuatu. Ah..aku baru ingat.. Ada yg bernama sama dengannya. Dia memperhatikan Nathaniel yang menulis daftar biografi murid baru. Ntah kenapa aku juga jadi ikut-ikutan liatin Nathaniel. Otak ku kosong sketika. Seperti layak nya aku melihat tabrakan mobil,I don't wanna see it but I'm staring
there. Memperhatikan . Muka Nathaniel sepertinya familiar. tiba" pikiran ku teringat kepada masa SD ku. Aku berbalik, memejamkan mata. Ketika sesuatu yg akan ku ingat pelan" mulai muncul...
"Woy, ntar kesurupan" Nathania menggoyang lenganku.Aku membuka mata. Sayang sekali. Padahal sepertinya mukanya familiar.
" Eh," aku jadi terkejut sendiri.
"Mikirin siapa loe?" Tanya Nathania penasaran. "Woah, apa jangan-jangan????!" Mukanya sperti org terkejut.
"Jangan.." Jawab ku santai. Aku berdiri dan berjalan ke luar kelas. Aku memperhatikan lokasi kelas kami. Ternyata kelas kami di sebelah kantor BP! Betapa sialnya .. Sepertinya akan terjadi rajia berturut" dlm 1 tahun. Hp di kantong rok ku bergetar. Tduuttdd..tduttdd.. ..
Aku mengeluarkan hp ku, dan melihat ada SMS.
"May, mama uda kirim uang ke rekening mu. Love, Mama". Woahhh.. Jatah bulan ini akhirnya dpat juga.. Aku bisa dibilang orang yang sedikit disiplin. Bahkan penggunaan uang ku pakai seminim mungkin. Karna gimana pun aku tinggal sendiri. Jadi mau gak mau aku harus hemat. Aku tersenyum. Tiba" hujan turun. Memang, tempat aku berdiri adalah tempat yg terhalang olh bangunan. Jadi aku tdk kena air. Sedangkan aku melihat anak" pada lari" karena takut kebasahan. Aku menatap langit dan menghirup napas dalam-dalam. Simponi yg indah seperti alunan lagu halus mengelus  telingaku. Bagi teman" ku aku sedikit naif. Aku bisa tersenyum karna melihat bunga. Suka akan tempat alami. Dan itu seperti kebutuhan rohani ku. Tetapi itulah yang selalu membuat aku bahagia dengan cara ku sendiri. Jika aku sedih, maka aku akan menulisnya di buku , kertas,atau di password keeper Hp ku. Walaupun aku tau, tidak ada yg akan mengerti. Sifatku yang open membuatku gampang bergaul dengan semua
org. Kecuali Safira. Aku sangat" membencinya. Anak" 1 kelas juga sangat membencinya. Bahkan dari SD , tdk ad yg ingin berteman dgn nya. Aku membenci nyarena dy suka menyindir orang. Mencuri barang orang. Satu kelas tau akan itu.makanya anak" di kelas tdk dekat dgnny.Bel berbunyi lagi. Aku berbalik dan kembali ke kelas
                         ***
"May loe tadi kemana sih ditanyain malah jawaban nya ngawur" omel nia (Nathania)
"Loe yang tanya nya ngasal" katak ku sambil tertawa ringan.
"Jadi? " Tanya nya tak jelas
"Apanya?" Aku bertanya balik
" Siapa yang loe bengongin? Hayooo? " Tanya Nia dengan mata seolah" melirik ku sambil tersenyum lebar.
" Bukan siapa-siapa"  jawab ku santai sambil menatap ke depan. Pak Subrata lagi menjelaskan geografi. Guru ini sangat menyebalkan. Ngomongnya cepat banget.. Semua yg dia jelaskan gak masuk otak sdikit pun. Aku benci geografi dan guru nya. Tapi sekarang aku berlaku seolah" aku sangat memperhatikan guru ini menjelaskan. Padahal,aku hanya menghindari pertanyaan-pertanyaan Nia.
"Masa sih?" Nia jg menatap ke depan seolah" dia jg memperhatikan Pak Subrata menjelaskan.
"Iya",aku mengambil pulpen dan menyatat rumus di buku catatan.
"Tapi kliatan nya nggak deh May. Jujur aja deh."
Nia sepertinya sangat penasaran dengan apa yg kupikirkan. Gak mungkin aku bilang aku tadi mikirin Nathaniel yg sedikit familier itu.
" Nia", aku melihat ke arah nya. " Kalo gak percaya yaudah. Toh gue gak maksa. Perhatiin tu guru. Ngomong gak jelas ,kayak Kereta Api aja, ntar pas ujian gk bisa ntar loe."Aku kembali menyatat rumus" di buku.
Nia terdiam " loe maarah ya may" , muka nya cemberut.
"Gak lah, masa cuma gara" ini gua marah? Yang bener aja? Haha.."
Nia tersenyum . Dan dia ikut menyatat.
Hp pak subrata berdering. Dia keluar dan mungkin mengangkat telepon nya.Kelas kacau. Ribut. Bising. Jiwa ku terasa seperti berada di aula musik yang tidak berhenti-berhenti mengeluarkan bunyi. Telingaku panas. Ardent yg alim itu hanya terdiam. Sambil menyatat. Mungkin yg dy catat adalah nama-nama orang yang ribut di kelas. Tapi dia tidak punya tindakan. Aku berpaling ke arah Nia. Lagi-lagi, dia menatap ke arah Nathaniel. Bahkan dia tidak sadar bahwa Alex melambai tangan ke arahnya. Nathaniel yang sedang menulis caatatan itu tidak sadar, dirinya sedang di perhatikan. Maka dia tidak mempedulikan Nia. *tobecontinue*

No comments:

Post a Comment