Sunday, February 6, 2011

ambiguity bab 3

Hari melelahkan. Aku memutar kunci pada lubang pintu kos ku. Dan masuk. Aku meraih remote AC di dinding . Dan menyalakannya. Meletakkan tas dan duduk di tempat tidurku. Entah kenapa, aku merasakan hari ini kurang menyenangkan. Padahal aku harusnya senang. Bisa bertemu teman-teman. Tanpa diejek ' mak lampir' . Dari dulu, aku sering di ejek Mak Lampir. Karena rambut ku yg panjang, padahal cuma sampai pinggang. Itu pun masih rutin ku potong. Tapi hari ini tanpa sebuah ejekan dari Derrian, dari Alex, dari Alvian, rasanya .... hidup ku tiada warna. Biasanya.. Aku selalu marah, bahkan mengejar-ngejar mereka di lorong kelas, bahkan saat di kelas. Tapi mungkin, mereka sadar . Kita sudah kelas SMA 1. Tidak seharusnya lagi bermain seperti itu. Tapi gak seru ah!! Biasanya selalu ada yang ngelawak. Ada yang buat aku marah. Sekarang gak ada. Rasanya di 'dunia ku' hanya ada aku seorang. Aku menunduk. Memejam mata. Menarik nafas. Membuang nafas. Kepalaku naik,
memandangi jam dinding. Sudah hampir jam 1.30. Hari ini aku ada jadwal les . Dan aku harus sampai disana jam 2.30. Sepertinya sekarang aku harus mandi.
***
Ya Tuhan.. Aku jatuh di kamar mandi.. Kaki ku terkilir dan rasanyaa... Aku sulit berjalan.. Bagaimana ini? Aku harus ke les. Tapi kaki ku yang bgini..ah! Aku juga malas ke les! Untuk apa? HP ku berbunyi.. SMS dari Nathania. Ada apa ya?

May.. Gw g bs brenti mikirin DIA... Hahaha..

Alis ku naik sebelah. Masa? Hal begini saja dilaporkan padaku? Aku membalas sms nya.

DIA?

Aku pura-pura tidak tau apa yang dimaksud Nathania. Padahal jelas, aku mengerti maksudnya. 'DIA' ada lah Nathaniel.

Dia membalas

Aduu may... Loe tw kan? Nathaniel ,May.. :|

Hatiku bergumam : " Ya, sebenernya gue juga tau kali Nia.. Gue 'cuma nanya' "

Aku membalas sms Nia.

Oh.. Emg ap yg bgs sih dr dy? Prsaan muka ny mirip mavia deh..Nyahahaha..

Aku meletakkan hp ku di atas laci meja kamar. Aku menggerakkan kaki ku. Masih sakit. W teringat kata mama. Kalau aku merasakan hal yang sakit, mama menyuruh ku untuk makan lolipop. Memang agak aneh. Tapi rasa manis itu, rasanya membuat ku lebih merasa baikan. Banyak orang bilang , lolipop makanan anak kecil. Bagi ku, g juga. Bukti nya, sampai sekarang aku masih suka dengan lolipop. Memang ya, aku orang bodoh yang naif. Ngemeng-ngemeng.. Persediaan lolipop ku masih ada gak ya? Aku membuka laci lemari ku. Membongkar, menggeser, mengobrak abrik isinya. Masih tersisa 2. Rasa strawberry dan melon. Sepertinya ini... Nathaniel... Ada hubungannya dengan lolipop ini ya? Tapi apa mungkin. Aku memejamkan mata. Berharap saat aku membuka mata, aku ingat...
Saat aku membuka maata.. Aku melihat.. Layar HP ku menyala dan Hp ku berbunyi. Aku melihat HP ku, dan .. SMS dari Nia.

Maya.. Dia itu 'cool' banget tauu... Masa loe? Gak bs suka sm dy?

Aku meniup poni ku. Dan mengetik:

G tuh. :p wegg..

Dan mengirimkannya.

Ada SMS.Wah, Nia kelihatannya antusias banget ya kalo bahas ttg Nathaniel. Aku membuka SMS.. Dan ternyata.. Dari Bryan. Aku membaca.

May,gue uda pulang ke Jkt. Gue pengen ktm sm loe. Loe skrg dmn?

Hati ku berdegup kencang. Bryan sekarang memang bukan siapa-siapa bagiku. Tapi dulu.. Dia pacar ku waktu kelas smp2 . Kenapa dia ingin bertemu dengan ku?. Hati ku tetap berdegup kencang . Malah semakin kencang. Darah ku berdesir ke seluruh tubuhku. Sepertinya aku takut. HAH? Aku TAKUT? Ada telepon masuk. Sangkin panik nya HP ku lepas dari genggaman ku. Aku memungutnya dari lantai kamar ku yg terbuat dari tripleks kilat. Ternyata Nia. Fiuh. Aku mengangkatnya.
"Ha..Halo..Napa Nia?" Kataku sambil mengelap keringat di dahiku.
" Loh May? Kok gugup gitu? Loe kenapa?" Tanya Nia
"Mm.." Aku menggigit bibir.
" Uda , loe tenang dulu. " Kata Nia menyarankan.
Aku mencoba lebih tenang. Tepatnya mencoba pura-pura tenang .
" Uda?" Tanya Nia.
" Uda, huffhh." Aku membuang nafas dengan keras , mengendus. Mengambil tisu di meja ku dan mengelap dahiku yang berkeringat dingin.
" Loe kenapa?"
" Itu lo Nia,si Bryan SMS gue tadi. Dia blg dia baru sampe Jakarta & pengen ketemu gue."
"Bryan? " Sepertinya Nia terkejut. " Bryan..Bryan mantan loe? "
"Ya iyalah , siapa lagi." Kataku membenarkan.
" Ya ngapain loe harus panik May? Harusnya loe seneng dong, dia mau ketemu sama loe. Kok malah takut?"
Aku tidak ingin menjawab. Sudut mataku memanas. Kenapa dia harus jadi mantan ku? Kenapa kita harus putus? Padahal semua terasa indah. Tanpa hambatan. Tapi kenapa? Rasa sayang itu gak bisa dipertahankan? Dan kenapa..kenapa Bryan harus pergi tanpa alasan dan sekarang.. Dia kembali tiba-tiba. Apa dia tidak menyayangi ku seperti aku menyayanginya? Apa mungkin hubungan kami di mata nya bukan apa-apa? Nafasku lemah. Sepertinya jika aku berbicara maka suaraku terdengar lemah. Dan sepertinya..jika aku mengedipkan mata, maka air mataku akan jatuh. "May. Uda dong. Gue tau. Iya gue tau , dia dulu sempat pergi tiba-tiba. Coba gue tanya loe sekarang. Loe masih sayang sama Bryan?"
Aku ingin menjawab 'tidak' . Tapi mulutku menolak untuk mengatakan itu. "Iya." Tanpa mengedipkan mata , air mataku jatuh satu-satu. " Tapi loe gak  tau kan? Kenapa dia pergi gitu aja tanpa kabar?"
"Gue tau! Karna rasa sayang dia gak sebesar rasa sayang gue!Uda Ni.."
" Justru dia masih sayang loe,May. Makanya dia mau ketemu elo. Coba loe pikir..Untuk apa dia mau ketemu elo? Pasti nya dia mau minta maaf kan.? & pengen balik sama loe lagi. " Kata-kata Nia menghentikan tetesan air mataku. "Uda May, loe balas SMS Bryan. Mungkin itu yang terbaik?"
Aku mengedipkan mata ku. Tidak ada air mata lagi.
" Iya. Ntar gue coba balas SMS nya. Loe tadi ada perlu apa?"
" Oh, nggak, gue cuma pengen ngobrol aja sama loe, tapi, yauda deh, mungkin loe perlu waktu sendiri"
Nia memang sangat mengerti aku.
" Makasih ya. Loe memang tmn gue yg terbaik. "
" Yauda, sekarang loe jangan sedih mulu. "
" Ya.. Bye.." Aku men-disconect kan telefon ku dengan Nia. Aku mengambil gelas yng berisi air di meja kamarku, aku meminumnya sedikit, dan PRANGGG... Aku menjatuhkan gelas itu. Belingnya bertaburan di sekitar kolong meja belajarku. Aku memungutya.
Takdir. Mungkin itu . Aku mungkin tidak bisa mengubah takdir yang ada . Bryan pergi tahun lalu dan kini kembali. Sejauh apapun aku menghindarinya, mungkin aku tetap bertemunya dengan berbagai cara. Aku tidak dapat menhindari takdir . Aku menyapu dan membuangnya di tong sampah. Tangan ku terkena beling . Berdarah . Tapi aku tidak merasa sakit . Tidak sedikit pun. Sakit yang kurasakan sekarang... Bukan di tangan ku.. Hatiku yang sakit. Sakit mengingat setiap kenangan, setiap lagu, setiap kejadian yang kita lewati bersama (aku dan Bryan) . Dan sakit ketika harus menerima kenyataan bahwa Bryan pergi tanpa alasan. Yap, sekarang kaki ku terkilir, tangan ku berdarah , dan hati ku robek lagi. Cukup sudah penderitaan hari ini.
***
Gak kerasa uda malam. Jam dinding ku sudah menunjuk pada angka 10 . Aku duduk di tempat tidur dengan memeluk lutut. Kaki ku yg terkilir sudah tidak sakit lagi. Td sore sudah ku perban. Aku menggerakkan kaki kiriku yang terkilir itu. Sudah tidak sakit lg. Tangan kiriku tidak sengaja menyentuh suatu permukaan kasar pada lutut ku. Ini.. Bekas jatuh dari sepeda dulu. Saat.. Aku dan Bryan masih kecil. Aku ingat, saat itu Bryan mengganggu roda sepedaku dengan roda sepedanya. Lalu salah satu kawat di sepeda Bryan yg sudah lepas menyangkut pada kawat-kawat ban ku. Dan kami jatuh bersama. Kalau kuingat tentang masa lalu itu, lucu rasanya. Ingin sekali aku bernostalgia dengan Bryan sekarang. Aku meraih hp ku yg terletak di sampingku. Dan aku membalas SMS Bryan. Hatiku berdegup.. Berdegup kencang..
“ Mm.. Gw y di Jkt.. Iya, ntr gw atr kpn kt ktmuan ” aku selesai mengetik. Dan aku menekan tombol kirim.
Ini sudah malam, tidak mungkin Bryan membalas SMS ku. Tapi kenyataannya?
Layar Hp ku menyala. 1 pesan baru, dari Bryan.
“Ok, hri mnggu jm 1 , cafe bintang”
Aku tersenyum. Pipiku panas. Ingin rasanya aku menjerit sekarang, sekuat-kuatnya. Aneh ya aku. Kalau Bryan tau aku ingin menjerit, mungkin dia akan mencubit pipiku. Bayangan ku tidak lepas dari Bryan. Tapi .. Sepertinya luka yg aku tak mau, merebak lagi. Perih. Perih mengingat dia yang pergi begitu saja tanpa...memberitahuku. Perih mengingat kalau dia pergi begitu saja seolah-olah dia tidak pernah menyayangiku seperti aku menyayanginya. Perih rasanya . Kalau aku mengingat, setiap kenangan yang terlintas . Apa selama ini dia juga merasakan hal yang sama? Menderitakah dia tanpa aku? Apa dia merasakan perih yang sama? Hatiku bertanya-tanya. Ingin sekali sekarang Bryan ada disampingku. Ingin sekali aku bertanya. Dan berharap dia akan menjawab "Iya, aku menderita" . Tapi apakah benar?
Aku bingung. Lebih baik aku tidur . Aku tidak ingin memikirkan ini semua. Tapi, kenyataannya berbeda.

***

Hari mendung . Aku menatap langit. Setetes air jatuh di pipiku. Sepertinya akan hujan. Iya , sepertinya akan hujan. Sial, aku tidak membawa payung. Tiba-tiba.. Air sudah tidak turun diatasku. Tapi sekitar ku masih dibasahi air hujan. Tiba-tiba.. Ada yg merangkul pundakku dengan lembut. Aku tidak asing dengan rangkulan ini. Aku berpaling ke belakang. Dia tersenyum lembut. Bryan. Matanya menatap ku. Penuh arti. Tatapan nya yang jujur membuat ku merasa nyaman. Tapi. Dibalik kenyamanan itu, aku merasakan perih yang aku sendiri tidak mengerti. Haruskah aku bertanya kepadanya? Aku menatapnya.
"Bry.." Aku memanggilnya dengan penuh keyakinan.
"Hmm? "
"Loe slama ini kemana aja? Gue bingung nyariin loe ,tau. " Kataku polos.
Dia melepas rangkulannya. Tangannya menggenggam tanganku. Tanganku nyaris tidak terlihat dalam genggaman tangannya.
"Ma..Maafin gue ya May. Tapi gue punya alasan buat itu. Selama ini tanpa loe itu bener-bener buat gue menderita. "
"Gue juga , tau. Loe nya juga sih , ninggalin gue gitu aja. Loe nggak sayang lagi ya sama gue ."Aku menunduk .
" Loe salah ,May. Gue..."
"Kringggggggggg!!!!!!!!!!!!!!!!!" Bunyi alarm
Aku tersontak.. Mataku terbuka. Pipiku basah. Dan aku terbangun dari mimpi . Mimpi yang sangat indah. Ternyata aku masih memikirkannya . Sampai-sampai terbawa mimpi. Aku mengelap pipiku dengan punggung tangan ku. Aku teringat kata-kata terakhir..

" Loe salah ,May. Gue..."

Apa kata terakhir nya? Aku penasaran. Tapi aku merasa lebih baik. Aku tau, itu hanya mimpi. Tapi rasanya nyata sekali. Rasa rindu ku sekarang bertambah terhadap Bryan.
Aku bangkit dari tempat tidur. Aku pelan-pelan berdiri,,dan aku harus segera bersiap-siap

No comments:

Post a Comment